Pada tanggal 23 Oktober 2016 tepatnya hari minggu sekitar pukul 16:30 sore saya berangkat dari rumah menuju gereja GKR untuk berangkat ke Yogyakarta mengikuti program yang diselenggarakan oleh sekolah yaitu “LIVE IN”.
HALO!!!!!
Kami sampai di Yogyakarta tepatnya di Dusun Pajangan, Sleman, Yogyakarta sekitar pukul 06:30 pagi. Kami berkumpul di sebuah pendopo untuk pembagian rumah beserta pamongnya. Saya tinggal bersama Amel, dan kami ditempatkan di rumah Pak Gunardi yang berada di desa Karang Tanjung.
Ketika saya dan Amel sampai disana, kami langsung disambut oleh Ibu. Kami mengobrol bersama Bapak dan Ibu.Bapak dan Ibu tidak memiliki anak. Tetapi, Ibu memiliki seorang anak di pernikahan pertamanya, dia tinggal di Lampung. Jadi, mereka hanya tinggal berdua saja di rumah. Lalu, Bapak dan Ibu menyuruh kami untuk makan terlebih dahulu, tiba-tiba kami melihat ada Monique dan Floren sedang jalan-jalan. Kami memanggil mereka untuk bergabung dan makan bersama kami. Sesudah makan, kami langsung mencuci piring kami masing-masing. Setelah itu, kami meminta izin untuk jalan-jalan dan mencari rumah teman-teman kami yang berada di sekitar lingkungan kami. Ternyata, kami bertemu dengan Stella, Keren, Timothy, dan Yori. Akhirnya, kami mengobrol bersama-sama, jalan-jalan, dan menyapa penduduk sekitarnya. Mereka (para penduduk) sekitar sangat ramah terhadap kami, mereka selalu menawarkan kami untuk sekadar mampir ke rumah mereka. Disitu saya merasa bahwa di desa ini sangat terasa sekali kekeluargaannya, tidak seperti di Karawang, yang mungkin hanya menyapa saja pun akan diacuhkan. Setelah selesai jalan-jalan kami pun kembali ke rumah Bapak dan Ibu. Bapak mengajak kami jalan-jalan ke Kaliurang. Tetapi, sesuatu yang tak diharapkan pun datang, tiba-tiba hujan turun sangat deras ketika kami sudah setengah perjalanan. Kami pun berteduh sebentar di sebuah pos sekitar setengah jam. Sekiranya sudah reda kami pun melanjutkan perjalanan ke Kaliurang walaupun masih sedikit hujan dan udara pun sangat dingin karena Pak Gun mengendarai motor lumayan kencang. Pak Gun selalu bercerita sepanjang perjalanan kami. Kami melihat banyak sekali pohon salak di pinggiran jalan. Kami tidak turun ke Kaliurang karena kami takut hujan kembali deras, akhirnya kami memutuskan untuk ke sebuah Museum Merapi tetapi hujan kembali deras, akhirnya Pak Gun menepikan motornya di sebuah warung bakso. Kami pun akhirnya memesan 2 bakso. 1 untuk Pak Gun, 1 lagi untuk kami berdua, karena kebetulan kami masih agak kenyang.
Seusai menyantap bakso kami melanjutkan perjalanan ke Museum Merapi tapi ya hanya lewat saja karena kami tidak membawa uang untuk masuk ke dalam museum itu. Akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah, sesampainya di rumah, kami pun langsung mandi. Sesudah mandi, kami pergi ke rumah Floren dan Monique, ingin mengenal pamong mereka. Kami mengobrol bersama, menonton film India dan Drama Korea, Ibu pamong mereka masih jiwa muda sekali. Berbincang dengan Ibu pamong mereka pun layaknya seorang teman. Tapi kami tidak lama disana, kami pun pamit untuk pulang. Sesampainya di rumah kami makan malam, lalu tidur.
Pekerjaan Pak Gun adalah penjual sayur keliling menggunakan motor, pagi-pagi sekali Pak Gun pergi ke kaki gunung Merapi untuk mengambil barang belanjaan, lalu akan tiba di rumah pukul 07:30, karena tidak bisa membantu Bapak berjualan yang hanya menggunakan 1 motor kami pun berjualan "jenang sum-sum"--bubur sum-sum dan jus
untuk dijual dengan cara berkeliling sambil berjalan kaki. Pak Gun memberitahu kami bahwa harga keduanya adalah Rp 1.000 kami sangat kaget. Karena mungkin kalau di Karawang bisa sampai Rp 3.000-5.000 harganya.
Lalu akhirnya
kami memutuskan untuk menjualnya dengan harga Rp 2.000. Sebenarnya saya mengusulkan Rp 3.000 tetapi Amel tidak mau karena terlalu mahal dan penduduk
sekitar pasti sudah tahu berapa harganya. Hari pertama berjualan kami mendapat
hasil yang lumayan mungkin sekitar Rp 20.000-30.000 saya lupa. Hari kedua
berjualan pun sama dan kami membawa lebih banyak jenang sum-sum dan jus. Kami
mendapat sekitar Rp 40.000-50.000. Hari ketiga kami mendapat sangat banyak
sekali yaitu Rp 73.000 wah pencapaian yang luar biasa. Semua yang membeli
adalah kebanyakan teman-teman dan guru kami. Tapi tak satupun kami mengambil keuntungan dari uang hasil jualan itu. Semua kami berikan pada Bapak dan Ibu. Karena kami merasa kasihan pada Bapak dan Ibu.
Pada hari jumat
kami akan berkumpul di lapangan untuk melaksanakan jalan sehat. Dari jam 7
kurang sampai kurang lebih jam 8. Setelah jalan sehat kami sarapan terlebih
dahulu dengan bubur jawa. Sebenarnya kami sudah sarapan di rumah. Tapi, kami
penasaran akan rasanya. Kami makan ber4 ada saya, Amel, Stella dan Keren. Seusai
makan, kami kembali ke rumah untuk mandi, beres-beres karena keesokan harinya
kami akan pulang. Lalu, jam 4 sore kami ke pendopo untuk evaluasi terakhir
untuk share antar keluarga. Dan pamong pun hadir. Banyak kegiatan, mulai dari
menonton pertunjukan sebagai salam perpisahan dari Ibu-ibu yang bermain
angklung, berjoget bersama, makan malam bersama, merayakan ulang tahun bagi
yang berulang tahun di bulan Oktober. Kami pun pulang ke rumah kami
masing-masing sekitar jam setengah 9. Kami langsung menghubugi keluarga kami
karena HP sudah kembali. Ketika sampai di rumah kami pun tidur. Keesokan
harinya kami pamit pada Bapak dan Ibu untuk kembali ke Karawang. Sebelum kami pulang ke Karawang kami jalan-jalan, yang pertama datangi adalah Candi Prambanan, cuacanya sangat panas ketika itu tetapi kami tetap semangat untuk melihat-lihat dan foto-foto. Selesai dari Candi Prambanan kami ke Malioboro sampai pukul 15:00 dan kembali ke bus untuk pergi ke Monjali (Monumen Jogja Kembali) sampai pukul 18:00, dan kami makan malam di Lestari, setelah makan malam kami langsung pulang ke Karawang. Kami sampai di
Karawang pukul 06:00 pagi. Lalu kembali ke rumah masing-masing dengan selamat. Tamat.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Live in:
1.
Saya
dapat lebih menghargai hidup karena masih banyak yang belum seberuntung saya.
2.
Saya
lebih ramah terhadap orang lain.
3.
Saya
lebih mandiri lagi dari sebelumnya.
4.
Meningkatkan
kebersamaan bersama teman dan pamong.
5.
Belajar
bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
6.
Hidup
tanpa HP selama seminggu ternyata tidak begitu menyeramkan, dengan begitu kita dapat lebih peka terhadap sekitar.
Berikut adalah foto-foto selama Live in:
Pak Gun, saya, dan Bu Gun
Saya, Amel, Bu Gun dan Pak Gun
Teman-teman XII IPS 1
.
Candi Prambanan
Candi Prambanan
Malioboro
MONJALI (Monumen Jogja Kembali)
MONJALI (Monumen Jogja Kembali)